Sabtu, 25 Februari 2017

Sniper Legendaris Asal Indonesia

Sahabat www.artikelcampuran22.blogspot.com tahukah bahwa di Indonesia ada salah seorang prajurit yang dikenal luas oleh dunia? Prajurit itu adalah seorang TNI AD yang menjadi salah satu sniper terbaik di dunia, prajurit yang Saya maksud ini bernama Tatang Koswara.

Tatang Koswara lahir di Cibaduyut, Bandung Jawa Barat, 12 desember 1946. Tatang koswara mendaftar di TNI AD bersama adiknya namun hanya Tatang Koswara yang berhasil lolos sementara adiknya harus menunggu tahun berikutnya untuk mendaftar kembali. Tatang mulai masuk militer melalui jalur Tamtama di Banten pada 1966.

Selama di dunia militer, Tatang mendapat sorotan dari atasannya. Pengalamannya hidup di kampung membuat pelajaran militer menjadi hal yang tak sulit baginya, baik dalam hal fisik, berenang, maupun menembak. Hingga pada tahun 1974-1975, Tatang dengan 7 rekannya terpilih buat masuk program MTT (mobile training teams) yang dipimpin oleh Kapten Conway dari Amerika Serikat.

Tahun itu, Indonesia belum memiliki antiteror dan sniper. Muncullah ide dari perwira TNI untuk melatih jagoan tembak dari empat kesatuan, yakni Kopassus (AD), Marinir (AL), Paskhas (AU), dan Brimob (POLRI). Namun, sebagai langkah awal, akhirnya hanya diikuti TNI  AD.

Dalam praktiknya, Kopassus pun kesulitan memenuhi kuota yang ada. Setelah seleksi fisik dan kemampuan, dari kebutuhan 60 orang, Kopassus hanya mampu memenuhi 50 kursi. Untuk memenuhi kekosongan 10 kursi, Tatang dan tujuh temannya dilibatkan menjadi peserta. Tatang dan 59 anggota  TNI AD dilatih Kapten Conway sekitar dua tahun. Mereka dilatih menembak jitu pada jarak 300, 600, dan 900 meter. Tak hanya itu, mereka juga dilatih bertempur melawan penyusup, sniper, kamuflase, melacak jejak, dan bagaiman cara menghilangkan jejak.

Dari 2 tahun masa pelatihan dan dari 60 orang peserta, hanya 17 orang yang lulus. Dan jelas, Tatang Koswara salah satunya. Ke-17 orang tersebut mendapatkan hadiah senjata yang juga digunakan oleh sniper legendaris Marinie AS, Carlos Hatchcock saat perang di Vietnam. Ilmu dan senjata yang ia dapatkan saat 2 tahuh pelatihan bersama Kapten Conway membuat Tatang ditarik Kolonel Inf. Edi Sudrajat, Komandan Pusdat Pendidikan Infanteri Cimahi untuk menjadi pengawal pribadi dan menjadi Sniper  saat terjun ke medan perang di Timor Timur pada tahun 1977- 1978.

Ada dua tugas rahasia yang disematkan pada dua sniper saat itu (Tatang dan Ginting). Pertama, melumpuhkan empat kekuatan musuh, yaitu sniper, komandan, pemegang radio, dan anggota pembawa senjata otomatis. Kedua, menjadi intelijen. Intinya masuk ke jantung pertahanan, melihat kondisi medan, dan melaporkannya ke atasan yang menyusun strategi perang. Bahkan, ada kalanya sniper ditugaskan untuk mengacaukan pertahanan lawan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi jatuhnya korban.

"Lawan kita itu Pasukan Fretilin yang tahu persis medan di Timtim. Mereka pun punya kemampuan gerilya yang hebat, makanya Indonesia menurunkan sniper untuk mengurangi jumlah korban," Kata Tatang Koswara.

Selama empat kali masuk ke medan perang, Tatang mengatakan, pelurunya telah membunuh 80 orang. Bahkan, dalam aksi pertamanya, dari 50 peluru, 49 peluru berhasil menghujam musuh. Satu peluru sengaja disisakannya. Ini untuk memenuhi prinsip seorang sniper yang pantang menyerah. Sebagai seorang sniper, dalam keadaan terdesak, dia akan membunuh dirinya sendiri dengan satu peluru tersebut.

Lewat kelihaiannya itulah, Tatang didaulat menjadi salah satu Sniper  terbaik dunia, seperti dituliskan dalam buku Brookesmith itu. Tatang mencetak rekor 41 di bawah Philip G Morgan (5 TH SFG (A) MACV-SOG) dengan rekor 53 dan Tom Ferran (USMC) dengan rekor 41. Tatang memperoleh rekor tersebut dalam perang di Timor Timur pada 1977-1978.

Tatang Koswara wafat pada 3 maret 2015  pukul 19.30 di jakarta. Setelah sebelumnya sempat dilarikan ke RS Medistra , setelah menjadi bintang tamu program Hitam Putih di Trans7 yang di siarkan secara langsung.

Kata-kata terakhir Pak Tatang adalah "Pada saat kaki saya tertembak,saat saya lari saya bingung karena takut masih dikejar oleh musuh dan saya sudah siap mati pada saat itu,tapi sebelum saya mati saya mencabut ikatan dan foto di kepala saya lalu saya ikatkan ke luka yang tertembak untuk menutupi lubang peluru tersebut lalu sejak itu saya jalan merangkak dengan ikatan yang ada di kaki saya lalu berpikir "kalau sampai matipun,maka ketika aku mati darahku harus ada di merah putih",semua kata-kata itu dia ucapkan saat di belakang panggung Hitam Putih lewat Deddy Corbuzier.
Tatang meninggal setelah terkena serangan jantung yang merenggut hidupnya, Bukan peluru musuh atau peluru terakhir yang disimpannya sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar