Selasa, 21 Februari 2017

Inilah Tim Sepakbola Paling Kontroversial Dan Dibenci di Indonesia

Indonesia dikenal luas sebagai negara dengan masyarakatnya yang menggilai sepakbola. Dari berbagai generasi ke generasi olahraga ini selalu menjadi favorit di tanah air. Meskipun kisruh terus melanda sepakbola Indonesia, namun hal tersebut tak menyurutkan minat untuk menonton sepakbola.

Sepanjang sejarahnya, telah banyak kejadian tak terlupakan dari keberhasilan meraih prestasi sampai skandal yang penuh kontroversi. Ya, kontroversi memang tak pernah lepas dari bayang-bayang sepakbola Indonesia, baik itu dari segi klub maupun federasi alias PSSI.

Kontroversi yang sudah tak terhitung lagi kemudian memunculkan tim yang dibenci sebagian kalangan. Kebencian ini tidak hanya karena faktor rival belaka, melainkan karena ada suatu momen yang membuat tim tersebut dibenci banyak orang.

Berikut ini adalah daftar tim yang paling dibenci di Indonesia. Sahabat boleh sepaham atau tidak karena tulisan ini murni opini penulis berdasarkan fakta yang telah terjadi.

1. Timnas Pra Olimpiade 1988

Dua tahun pasca kejadian nyaris lolos ke Piala Dunia di Meksiko, Indonesia telah menyiapkan tim untuk mengikuti ajang Pra Olimpiade 1988. Diharapkan semangat nyaris lolos tersebut kembali menular pada tim ini.

Alih-alih meraih prestasi, justru kontroversi yang menyelimuti timnas Indonesia. Empat pemain andalan terlibat kasus suap saat berada di Tokyo dan Hongkong. Mereka adalah Noach Maryen, Elly Idris, Bambang Nurdiansyah, dan Louis Mahodim.

Peristiwa ini langsung memancing emosi seluruh masyarakat Indonesia. Di saat Indonesia sedang berada pada generasi emas, keempat pemain tersebut justru melakukan tindakan bodoh yang tak hanya memalukan diri sendiri tetapi juga sepakbola Indonesia.

2. Persebaya Surabaya (1987)

Stadion Gelora 10 November menjadi saksi bisu blunder yang dilakukan tuannya sendiri, yakni Persebaya Surabaya. Dalam pertandingan melawan Persipura Jayapura pada tahun 1987, Persebaya yang dikomandoi H. Agil Ali memilih untuk bermain sepakbola gajah. Gawang mereka rela dijebol sebanyak 12 kali tanpa memberikan perlawanan berarti.

Usut punya usut, ternyata tindakan tersebut demi menjebloskan PSIS Semarang ke jurang degradasi. Sebagaimana diketahui, pada saat itu PSIS Semarang merupakan tim yang ditakuti klub-klub lain.

Tindakan sepakbola gajah ini membuat PSSI memberikan sanksi tegas untuk tim asal Jawa Timur tersebut. Bahkan Bonek Mania yang notabene fans mereka sendiri juga mengecam aksi memalukan yang menghilangkan harga diri tim Persebaya Surabaya.

3. Timnas Indonesia (Piala Tiger 1998)

Timnas Indonesia bermain apik dalam gelaran Piala Tiger 1998. Timnas kita berhasil lolos bersama Thailand dan akan bertemu wakil dari grup B, yakni Singapura dan Vietnam. Khusus untuk nama terakhir secara mengejutkan justru menjadi runner up yang membuat Indonesia dan Thailand ‘ogah’ menjadi juara grup A.

Pada pertandingan terakhir grup A, baik Indonesia maupun Thailand sama-sama tidak mau menang dan cenderung bermain malas-malasan. Puncaknya terjadi pada menit-menit akhir ketika Mursyid Efendi dengan sengaja mencetak gol ke gawangnya sendiri.

Insiden ini jelas mencoreng nilai sportifitas dan membuat nama Indonesia di kancah internasional memburuk. Indonesia memang ‘berhasil’ menghindari Vietnam di babak semifinal. Namun seolah terkena karma, baik Indonesia maupun Thailand sama-sama gagal lolos ke partai final.

Hingga saat ini tidak ada yang mengetahui siapa orang yang menyuruh Mursyid Efendi mencetak gol bunuh diri. Sementara itu, mantan pemain Persebaya Surabaya tersebut dihukum larangan bermain sepakbola untuk timnas seumur hidupnya.

4. Arema Malang (2009/10)

Liga Super Indonesia musim 2009/10 tidak akan pernah dilupakan bagi Arema maupun Aremania. Ya, pada saat itu klub asal Malang ini berhasil menjadi kampiun. Bersama dengan pelatih Rene Albert, Arema sukses menyingkirkan Persipura dan Persija dalam memperebutkan tahta tertinggi sepakbola Indonesia.

Sayangnya kesuksesan Arema pada saat itu kurang disukai banyak pihak. Apalagi kalau bukan keterlibatan pengurus PSSI di dalam tubuh Arema. Ya, untuk pertama kalinya ada pengurus federasi yang juga mengurusi suatu klub. Menariknya, klub yang bersangkutan kemudian menjadi juara.

Pengurus yang dimaksud adalah Andi Darussalam Tabusala yang notabene merupakan Direktur Badan Liga Indonesia. Selain menjabat sebagai direktur, Andi juga menjadi penasihat Arema.

5. Pelita Jaya (2009/10)

Sudah bukan rahasia lagi kalau Pelita Jaya merupakan klub yang dimiliki keluarga Bakrie. Kekuatan Bakrie kemudian mampu menyelamatkan klub ini dari jeratan degradasi. Jika Anda belum paham, Nirwan Bakrie selaku ketua Pelita Jaya juga menjabat sebagai wakil ketua umum PSSI.

Kasus ini bermula saat Pelita Jaya, Persebaya Surabaya, dan Persik Kediri menjadi calon kuat degradasi. Persik yang dua kali gagal menyelenggarakan pertandingan melawan Persebaya seharusnya dinyatakan kalah WO dan Persebaya mendapat 3 poin. Dengan begini klub asal Surabaya berpeluang terhindar dari degradasi untuk bermain di pertandingan Play-off.

Anehnya, poin WO tersebut urung dilaksanakan dan PSSI meminta laga antara Persik vs Persebaya dilaksanakan ulang di Palembang. Merasa dikerjai PSSI, Persebaya memilih untuk tidak datang dan berbalik dinyatakan kalah WO.

Persik dan Persebaya akhirnya terdegradasi bersama dengan Persitara. Sementara Pelita Jaya masuk zona Play-off untuk melawan Persiram Raja Ampat. Dan hasilnya, Pelita Jaya menang lewat drama adu penalti untuk bertahan di Liga Super.

6. Persebaya Wisnu Wardhana (2010/2011)

via Tempo.co
Dengan latar belakang pada poin nomor 5, Persebaya yang diketuai Saleh Mukadar memilih untuk menyebrang ke Liga Primer Indonesia (liga saingan ISL). Sementara itu PSSI tidak mau klub legendaris seperti Persebaya hilang begitu saja. Mereka akhirnya membuat Persebaya sendiri dengan mengganti klub Persikubar Kutai Barat.

Persebaya ini diketuai oleh Wisnu Wardhana dan dianggap sebagai anak emas PSSI di kasta kedua Liga Indonesia. Hal ini semakin menguat setelah tim tersebut sering mendapatkan hadiah penalti ketika bermain di kandang sendiri.

Skenario PSSI memecah Persebaya kemudian mendapat protes dari Bonek Mania dengan memilih untuk tidak pernah menonton pertandingan Persebaya versi Wisnu. Bahkan jumlah personil keamanan justru lebih banyak dibandingkan penontonnya.

Kasus pelik yang menimpa Persebaya kemudian terpecahkan setelah pada tahun ini PSSI resmi memutihkan Persebaya ‘asli’ yang bernama Persebaya 1927. Setelah sempat vakum cukup lama, Persebaya akan memulai kiprahnya pada Liga 2.

7. PSS Sleman dan PSIS Semarang (2014)

via Tribunnews.com
Masih segar di ingatan pada pertandingan terakhir grup 1 babak 8 besar Divisi Utama 2014 antara PSS Sleman melawan PSIS Semarang. Kedua tim sudah dipastikan lolos dan hanya menjalani pertandingan tak menentukan.

Namun siapa pun juara grup 1 dipastikan akan melawan Borneo FC. Kedua tim tidak mau berhadapan dengan tim asal Kalimantan tersebut di babak semifinal. Dan pastinya, jalan sepakbola gajah kembali dipilih.

Pertandingan tersebut berakhir 3-2 untuk kemenangan PSIS. Namun kelima gol merupakan hasil dari bunuh diri. Dan pertandingan berjalan buruk dimana kedua ‘ogah-ogahan’ untuk bermain apalagi menang.

Kedua tim akhirnya didiskualifikasi dan semua yang terlibat dalam pertandingan tersebut mendapatkan sanksi, termasuk perangkat pertandingan dan wasit. Menariknya, satu musim berselang PSS Sleman kembali tampil dan bahkan bermain di pertandingan final TSC 2 melawan PSCS Cilacap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar